Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi Nomor 246/E/O/2023 Tanggal 8 Maret 2023

Rektor dan Civitas Akademika USP “Ngopi” dengan Petani Kopi di Lereng Muria

Pati, Rektor dan civitas akademika Universitas Safin Pati (USP) berdialog dengan bapak Kenji salah seeorang petani dan pengelola wisata di Dukuh Pondokan, Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Kamis (31/8/2023). Dialog ringan dengan narasi ngobrol inspirasi (Ngopi) di kedai D’Kenji berlangsung cukup gayeng.

Udara di lereng muria yang sejuk semakin menambah suasana keakraban di antara satu sama lain. Apalagi ditambah suguhan kopi muria dan jeruk pamelo semakin menambah suasana kehangatan saat ngobol seputar potensi yang ada di Desa Bageng.

Pemilik merek dagang Kopi D’Kenji, Kenji menceritakan tentang perjalananya saat ia masih sebagai buruh/pemetik kopi di awal 1990an. Berawal dari situ dirinya serius menekuni dunia perkopian.

“Awalnya saya hanya sebagai buruh tani kopi, kemudian menjadi penebas kopi hingga akhirnya menggeluti produksi (pemroses) kopi. Alhamdulillah banyak suka-duka yang dialaminya,”

Ia mengaku dibandingkan menanam komoditi lain, masyarakat di sini  lebih memilih menanam kopi karena  memiliki banyak keuntungan Misalnya, perawatannya tidak harus setiap hari. Sehingga tidak memerlukan waktu yang intens.Selain itu, tanaman kopi bisa berumur panjang.

Sedangkan buahnya bisa disimpan dengan jangka waktu yang lama. Dengan begitu, seumpama harganya anjlok saat panen raya. Warga bisa menimbun terlebih dulu. Jika harganya sudah mahal baru kopi dijual.

“Tanam kopi ini asalkan penyimpanannya bagus bisa juga untuk tabungan. Untuk musim panen biasanya bulan Juni-Agustus,” terangnya.

Untuk kopi Bageng, Kenji menyebutkan penjualan kopi (biji) masih di pasar lokal belum sampai ke pasar mancanegara . Biasanya diambil para tengkulak besar untuk menyuplai kebutuhan beberapa produsen kopi. Sedangkan untuk masyarakat yang memproduksi kopi bubuk tidak banyak.

“Rata-rata masyarakat di sini lebih suka menjual dalam bentuk bijian (green bean),” jelasnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Safin Pati Dr. Murtono, M.Pd menilai bahwa produk milik Kopi D’Kenji (kopi muria) sangat kompetitif dari segi harga. Ia mencontohkan harga kopi bubuk murni (tanpa campuran) di Colo, Dawe, Kudus bisa sampai 120-150 ribu per kilonya. Sementara disini hanya Rp 80.000 untuk bubuk dan Rp 60.000 untuk biji roasting.

“Dari sisi harga kopi milik Pak Kenji sudah sangat kompetitif, namun mungkin masih kalah branding dengan yang di Colo,” ujarnya.

Murtono mengungkapkan bicara soal citrasa kopi mungkin masing-masing punya keunggulan atau diferensiasi (pembeda). Karena untuk mengetahui kualitas kopi, tentu hal itu debatebel karena masing-masing penikmat kopi. “Mungkin bagi penikmat atau pecinta bisa mengetahui kopi A atau B lebih enak. Namun bagi yang bukan pecinta seperti saya mungkin akan sulit membedakan,” terangnya.

Murtono menambahkan sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Pati dan hususnya lagi dengan Desa Bageng (Pak Kenji), pihak Universitas Safin Pati membuka bekerjasama.

 “Nanti kita siapkan display khusus untuk kopi D’Kenji di USP. Jadi detiap bulan bisa order rutin ke Pak Kenji, Kami juga akan mencoba untuk pemasarannya,”tukasnya. (Humas)