India, dengan potensi luar biasa yang dimilikinya, mungkin akan mencapai posisi sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan China dalam beberapa tahun mendatang. Namun, untuk mewujudkan ambisi ini, India harus menghadapi berbagai pilihan kompleks, termasuk pertimbangan antara memperkuat perlindungan ekonomi dalam negeri atau membuka diri lebih luas ke pasar global. Dalam konteks ini, Perdana Menteri Narendra Modi dengan optimisme menyatakan bahwa dalam waktu lima tahun, ekonomi India akan menjelma menjadi salah satu dari tiga ekonomi terbesar di dunia, saat merayakan peringatan ke-76 tahun kemerdekaan dari penjajahan Inggris.
Dalam pidatonya, PM Modi menggambarkan visi India yang diimpikan: sebuah masyarakat di mana lebih banyak individu dapat melepaskan diri dari belenggu kemiskinan, diiringi peluang ekonomi yang lebih besar dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat. Prediksi dari lembaga-lembaga seperti S&P Global dan Morgan Stanley tahun sebelumnya menunjukkan bahwa ekonomi India berpotensi mengungguli ekonomi Jepang dan Jerman untuk meraih posisi ekonomi terbesar ketiga di dunia pada tahun 2030. Faktor-faktor pendorong pertumbuhan ini termasuk perpindahan aktivitas bisnis (offshoring), investasi dalam sektor manufaktur, kemajuan infrastruktur digital, dan peralihan menuju sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Namun, meskipun pertumbuhan ekonomi yang terjaga, pemerintahan Modi dihadapkan pada tantangan-tantangan seperti pengangguran yang perlu diatasi. Tuntutan untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup menjadi lebih mendesak menjelang pemilihan umum pada tahun 2024, di mana Partai Bharatiya Janata yang dipimpin oleh Modi dianggap berpeluang besar untuk memenangkan suara. Tingkat pengangguran telah mengalami kenaikan dalam setahun terakhir, mencapai angka 8% bulan lalu, menurut data dari Pusat Pemantauan Ekonomi India.
DK Srivastava, yang menjabat sebagai Kepala Penasihat Kebijakan di EY, menyatakan bahwa India sedang menjalani langkah-langkah yang benar untuk meraih posisi ekonomi terbesar ketiga berdasarkan proyeksi dari IMF dan analisis internal. “Investasi riil kita mencapai sekitar 33%, defisit rekening berjalan terkendali, dan potensi demografis yang besar mulai memberikan dampak,” ungkapnya. Akan tetapi, Srivastava menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara menciptakan lapangan kerja yang produktif bagi tenaga kerja dengan mengadopsi teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan produktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Di samping itu, laporan terbaru dari SBI Ecowrap mengindikasikan bahwa India mungkin akan mencapai posisi sebagai ekonomi terbesar ketiga pada tahun 2027, berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Maret 2023, mengungguli ekonomi Jerman dan Jepang. Namun, mencapai tujuan ini tidak akan lepas dari sejumlah faktor seperti performa ekonomi negara-negara lain, upaya intensif dalam pelatihan tenaga kerja, serta pertumbuhan berkelanjutan dalam permintaan domestik yang akan menjadi faktor kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi India. Dengan pilihan yang tepat dan strategi yang berfokus pada inklusi sosial dan produktivitas ekonomi, India berdiri di ambang perubahan yang menarik dalam lanskap ekonomi global.
Dari sudut pandang akademis, pencapaian India sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia menghadirkan tantangan dan peluang yang kompleks. Sebagai negara dengan populasi yang besar dan beragam, India harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonominya berdampak secara merata dan inklusif, mengatasi disparitas sosial dan ekonomi yang masih ada. Pemerintah perlu mengembangkan strategi yang memungkinkan peningkatan produktivitas melalui inovasi dan adopsi teknologi, sambil tetap memperhatikan kesejahteraan sosial dan pelestarian lingkungan. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja juga akan menjadi faktor kunci dalam menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pasar tenaga kerja dan kualifikasi yang dimiliki oleh individu.
Bagi pemerintah Indonesia ada pelajaran berharga yang dapat diambil dari perjalanan ekonomi India. Seperti India, Indonesia juga memiliki populasi yang besar dan beragam, serta potensi sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Untuk mengikuti jejak India, Indonesia harus mempertimbangkan strategi yang seimbang antara perlindungan ekonomi domestik dan keterbukaan terhadap investasi dan perdagangan internasional. Investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan riset inovasi akan menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi Indonesia. Selain itu, fokus pada pengembangan sektor manufaktur, digitalisasi, dan energi berkelanjutan juga akan memberikan pijakan kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan kebijakan yang bijak dan berkelanjutan, Indonesia dapat memanfaatkan potensinya untuk menjadi salah satu pemain utama dalam perekonomian global.